SEJARAH BATIK DI PEKALONGAN
Kamis, 06 Maret 2014- SEJARAH BATIK DI PEKALONGAN
Meskipun tidak ada catatan resmi kapan batik mulai dikenal di Pekalongan, namun menurut perkiraan batik sudah ada di Pekalongan sekitar tahun 1800. Bahkan menurut data yang tercatat di Deperindag, motif batik itu ada yang dibuat 1802, seperti motif pohon kecil berupa bahan baju.
Namun perkembangan yang signifikan diperkirakan terjadi setelah perang besar pada tahun 1825-1830 di kerajaan Mataram yang sering disebut dengan perang Diponegoro atau perang Jawa.
Dengan terjadinya peperangan ini mendesak keluarga kraton serta para pengikutnya banyak yang meninggalkan daerah kerajaan. Mereka kemudian tersebar ke arah Timur dan Barat. Kemudian di daerah - daerah baru itu para keluarga dan pengikutnya mengembangkan batik. Ke timur batik Solo dan Yogyakarta menyempurnakan corak batik yang telah ada di Mojokerto serta Tulungagung hingga menyebar ke Gresik, Surabaya dan Madura. Sedang ke arah Barat batik berkembang di Banyumas, Kebumen, Tegal, Cirebon dan Pekalongan.
Dengan adanya migrasi ini, maka batik Pekalongan yang telah ada sebelumnya semakin berkembang. Seiring berjalannya waktu, Batik Pekalongan mengalami perkembangan pesat dibandingkan dengan daerah lain. Di daerah ini batik berkembang di sekitar daerah pantai, yaitu di daerah Pekalongan kota dan daerah Wiradesa, Buaran, Pekajangan serta Wonopringgo. BATIK pekalongan menjadi sangat khas karena bertopang sepenuhnya pada ratusan pengusaha kecil, bukan pada segelintir pengusaha bermodal besar.
Sejak berpuluh tahun lampau hingga sekarang, sebagian besar proses produksi batik pekalongan dikerjakan di rumah-rumah. Akibatnya, batik pekalongan menyatu erat dengan kehidupan masyarakat Pekalongan yang kini terbagi dalam dua wilayah administratif, yakni Kota Pekalongan dan Kabupaten Pekalongan, Jawa Tengah. Batik pekalongan adalah napas kehidupan sehari-sehari warga Pekalongan. Ia menghidupi dan dihidupi warga Pekalongan.
Meskipun demikian, sama dengan usaha kecil dan menengah lainnya di Indonesia, usaha batik pekalongan kini tengah menghadapi masa transisi. Perkembangan dunia yang semakin kompleks dan munculnya negara pesaing baru, seperti Vietnam, menantang industri batik pekalongan untuk segera mentransformasikan dirinya ke arah yang lebih modern.
Gagal melewati masa transisi ini, batik pekalongan mungkin hanya akan dikenang generasi mendatang lewat buku sejarah. Ketika itu, pola kerja tukang batik masih sangat dipengaruhi siklus pertanian. Saat berlangsung masa tanam atau masa panen padi, mereka sepenuhnya bekerja di sawah. Namun, di antara masa tanam dan masa panen, mereka bekerja sepenuhnya sebagai tukang batik. ZAMAN telah berubah. Pekerja batik di Pekalongan kini tidak lagi didominasi petani. Mereka kebanyakan berasal dari kalangan muda setempat yang ingin mencari nafkah. Hidup mereka mungkin sepenuhnya bergantung pada pekerjaan membatik. Apa yang dihadapi industri batik pekalongan saat ini mungkin adalah sama dengan persoalan yang dihadapi industri lainnya di Indonesia, terutama yang berbasis pada pengusaha kecil dan menengah. Persoalan itu, antara lain, berupa menurunnya daya saing yang ditunjukkan dengan harga jual produk yang lebih tinggi dibanding harga jual produk sejenis yang dihasilkan negara lain. Padahal kualitas produk yang dihasikan negara pesaing lebih baik dibanding produk pengusaha Indonesia.
Penyebab persoalan ini bermacam-macam, mulai dari rendahnya produktivitas dan keterampilan pekerja, kurangnya inisiatif pengusaha untuk melakukan inovasi produk, hingga usangnya peralatan mesin pendukung proses produksi.
Semoga Batik Pekalongan semakin maju dan berkembang di dunia internasional.
- MUSEUM BATIK PEKALONGAN
Keberadaan Museum Batik Nasional di Kota Pekalongan yang berdiri pada tanggal 12 Juli tahun 2006 tidak bisa dipisahkan dari proses panjang pendiriannya. Museum Batik di Kota Pekalongan ini sebenarnya sudah cukup lama berdiri, yakni tahun 1972. Pemrakarsa awal pendiriannya waktu itu masyarakat pembatik di Pekalongan yang menginginkan agar ada sebuah museum sebagai penunjang kota, alasannya karena banyaknya hasil produksi batik dengan ragam corak sekaligus batik menjadi salah satu mata pencaharian masyarakat.
Pada tanggal 12 Juli 1972 museum itupun diwujudkan pendiriannya, tepatnya diujung jalan sebelah selatan kawasan Taman Hiburan Rakyat (THR) Gedung Bintang Merdeka yang sekarang lokasinya dikawasan Pos penjaga polisi Jalan Resimen XVII. Karena letak museum yang rawan akan kejahatan. Maka pada tahun 1990 pemerinta daerah mengambil langkah melakukan pembenahan dengan memindahkan Museum Batik ke Jalan Majapahit no 7A yang berada di kompleks perkantoran baru Pemda Kota Pekalongan.
Meskipun dari tahun ke tahun perkrmbangan batik di Pekalongan mengalami kemajuan yang sangat signifikan, namun kondisi museum tidak menunjukan perubahan, terutama penambahan jumlah koleksinya maupun kondisi gedungnya. Akhirnya pilihan untuk mendirikan Museum Batik yang layak timbul setelah Iman Sucipto Umar dari Paguyuban Berkah yang menginginkan pembangunan museum yang memenuhi syarat.
Proses pendirian Museum Batik Nasional diawali pada tanggal 29 Desember 2005. Gagasan pendirian Museum Batik sebagai wujud tanggung jawab pemerintah Kota Pekalongan dengan tujuan meningkatkan kesejahteraan rakyat, memajukan seni budaya sekaligus mendukung tumbuhnya industri usaha pembatikan. Sedangkan fungsi museum sebagai jendela kebudayaan dan jendela ekonomi disamping sebagai data center dan pusat kajian data serta koleksi.
Dan kemudian sekarang Museum Batik Nasional Pekalongan telah berdiri kokoh di Jalan Jetayu no 17A kota Pekalongan, Jawa Tengah serta menyimpan sedikitnya 1.000 koleksi batik koleksi batik kuno yang dibuat para pengrajin batik di tanah air.
Pada tanggal 12 Juli 1972 museum itupun diwujudkan pendiriannya, tepatnya diujung jalan sebelah selatan kawasan Taman Hiburan Rakyat (THR) Gedung Bintang Merdeka yang sekarang lokasinya dikawasan Pos penjaga polisi Jalan Resimen XVII. Karena letak museum yang rawan akan kejahatan. Maka pada tahun 1990 pemerinta daerah mengambil langkah melakukan pembenahan dengan memindahkan Museum Batik ke Jalan Majapahit no 7A yang berada di kompleks perkantoran baru Pemda Kota Pekalongan.
Meskipun dari tahun ke tahun perkrmbangan batik di Pekalongan mengalami kemajuan yang sangat signifikan, namun kondisi museum tidak menunjukan perubahan, terutama penambahan jumlah koleksinya maupun kondisi gedungnya. Akhirnya pilihan untuk mendirikan Museum Batik yang layak timbul setelah Iman Sucipto Umar dari Paguyuban Berkah yang menginginkan pembangunan museum yang memenuhi syarat.
Proses pendirian Museum Batik Nasional diawali pada tanggal 29 Desember 2005. Gagasan pendirian Museum Batik sebagai wujud tanggung jawab pemerintah Kota Pekalongan dengan tujuan meningkatkan kesejahteraan rakyat, memajukan seni budaya sekaligus mendukung tumbuhnya industri usaha pembatikan. Sedangkan fungsi museum sebagai jendela kebudayaan dan jendela ekonomi disamping sebagai data center dan pusat kajian data serta koleksi.
Dan kemudian sekarang Museum Batik Nasional Pekalongan telah berdiri kokoh di Jalan Jetayu no 17A kota Pekalongan, Jawa Tengah serta menyimpan sedikitnya 1.000 koleksi batik koleksi batik kuno yang dibuat para pengrajin batik di tanah air.
- PERESMIAN MUSEUM BATIK PEKALONGAN
Museum Batik Kota Pekalongan diresmikan pada tanggal 12 Juli 2006 oleh Bapak Presiden Susilo Bambang Yudhoyono didampingi oleh Ibu Negara Ani Yudhoyono bersama rombongan Menteri Kabinet Indonesia Bersatu dan tamu-tamu negara sahabat serta pecinta maupun pemerhati Batik. Kedatangan Presiden RI beserta rombongan sangat bersejarah bagi Kota Pekalongan , karena baru pertama kali itulah Presiden Republik Indonesia , sejak masa kemerdekaan hingga sekarang berkunjung ke Kota Pekalongan. Selain untuk ikut merayakan Hari Koperasi ke-59 yang secara nasional yang dipusatkan di Kota pekalongan , sekaligus untuk meresmikan Museum Batik yang telah lama didambakan keberadaanya oleh masyarakat Pekalongan.
VISI, MISI DAN TUJUAN
Setelah diresmikannya Museum Batik oleh Presiden Republik Indonesia Susilo Bambang Yudhoyono pada tanggal 12 Juli 2006 maka ditetapkan visi dan misi Museum Batik sebagai berikut:
VISI :
Terwujudnya Museum Batik di Kota Pekalongan sebagai wadah untuk menggali, melestarikan dan mengembangkan batik sebagai warisan budaya bangsa Indonesia serta pusat informasi yang perlu dikembangkan, dibina dan dipelihara keberadaannya.
MISI :
- Mendorong masyarakat Indonesia untuk peduli terhadap keberadaan Museum Batik di kota Pekalongan sebagai wujud turut serta dalam pelestarian budaya Indonesia.
- Mendorong minat pengusaha/ perajin batik untuk terus menggali dan melestarikan motif lama dan menciptakan motif baru.
- Melakukan kegiatan dokumentasi, penelitian dan penyajian informasi serta mengkomunikasikannya kepada masyarakat agar dapat dimanfaatkan sepenuhnya bagi kepentingan masyarakat yang lebih luas.
- Memperluas lapangan kerja dan pemasaran.
TUJUAN :
- Terwujudnya Museum Batik di kota Pekalongan menjadi tempat pelestarian batik sebagai warisan budaya Indonesia.
- Terwujudnya Museum Batik sebagai tempat tujuan wisata.
- Terwujudnya tampilan pameran batik yang informatif dan edukatif.
- Terwujudnya informasi batik yang dapat diakses oleh masyarakat.
- Terwujudnya minat masyarakat terhadap budaya batik Indonesia.
- Terbentuknya hubungan kerjasama dalam lingkungan internasional.
Hormat kami,
Batik Kanaka
Batik Kanaka
0 komentar:
Posting Komentar